Kamis, 23 Januari 2014

Ratusan Habitat Burung Di Hutan Terancam Punah

ratusan habitat burung di hutan kian hilang
Habitat ratusan burung di Indonesia kini terancam punah. Banyak faktor yang menyebabkan Habitat Burung terancam punah salah satunya adalah tangan jahil manusia.

Menyempitnya habitat asli ratusan burung menyebabkab burung yang tersebar hampir di seluruh Indonesia terancam tidak dapat melangsungkan reproduksi secara wajar.

Beberapa jenis burung seperti Jalak Bali, Elang Jawa adalah salah satu contoh burung yang jumlahnya terus menerus mengalami penurunan. Sebut saja Jalak Bali di habitat aslinya, hewan yang kerap dijadikan sebagai hewan peliharaan ini sangat rawan perburuan sehingga populasinya diperkirakan tinggal belasan.

Selain itu, kerusakan lingkungan yang masih terjadi di Taman Nasional Bali Barat turut menghambat pertumbuhan populasi burung ini. Tidak mengherankan bila survei terbaru yang dilakukan awal tahun 2005 hanya menemukan lima ekor jalak bali di alam.

Faktor yang menentukan keberadaan burung adalah ketersediaan makanan, tempat untuk istirahat, bermain, kawin, bersarang, bertengger dan berlindung.

Kemampuan areal menampung burung ditentukan oleh luasan, komposisi dan struktur vegetasi, banyaknya tipe ekosistem dan bentuk areal serta keamanan.

Untuk mengurangi kepunahan ratusan burung di hutan sebaiknya kita juga harus menjaga kelestarian ekosistem dan lingkungan sehingga mampu hidup di habitat alami dan mudah berkembang biak, serta berkomunikasi dengan pemerintah yang menangani kepunahan habitat para burung seperti Departemen Kehutanan.

Senin, 06 Januari 2014

Maleo Burung Langka Dari Sulawesi

Maleo, Burung Langka Dan Unik Khas Sulawesi
Satu lagi kekayaan jenis burung di Indonesia yang mengagumkan, sekilas memang tampak seperti ayam, tetapi memang benar binatang ini adalah sejenis unggas.dan unggas ini adalah spesies satu-satunya didunia dari Genus Macrocephalon, dan hanya bisa ditemui di negara Indonesia, yaitu di pulau Sulawesi.

Namanya Macrocephalon maleo, biasanya dikenal dengan nama Burung Maleo atau Maleo Senkawor. Burung Maleo adalah endemik pulau Sulawesi.

Burung Maleo termasuk unggas dengan ukuran tubuh sedang, sekitar 55 cm panjangnya, besar di bagian tubuhnya dan mengecil di bagian kepala, dengan warna dominan hitam, dan putih di bagian dadanya.

Tubuh yang besar dan kepala yang kecil berfungsi saat Maleo beristirahat, juga saat bersembunyi ditanah dari ancaman predator.

Kakinya berkuku dan berselaput, namun bukan untuk berenang melainkan untuk menggaruk tanah. Tetapi ciri yang paling cepat dan mudah untuk mengenalinya adalah batok kepalanya yang hitam mengkilat.

Maleo banyak menghabiskan hidupnya di darat, karena makanannya seperti serangga, semut, dan biji-bijian. Namun juga berpindah dari pohon ke pohon, untuk menghindari predator. Maleo tidak hidup secara berkelompok, tetapi sepanjang hidupnya dilewatkan dengan satu-satunya pasangannya.



Burung Maleo adalah penghuni hutan tropis di sekitar pantai yang berpasir hangat, atau juga di hutan pegunungan yang dekat dengan sumber mata air panas.

Tanah hangat dengan suhu antara 32-35 oC adalah syarat utama habitat mereka, dan untuk menemukan tempat yang cocok, Maleo mengandalkan sensor panas yang terdapat pada tonjolan kepalanya. 

Pemilihan habitat yang unik ini sebenarnya ada hubungannya dengan perilaku reproduksi Maleo. Meskipun tergolong hewan monogami yang setia dengan pasangannya sampai mati, namun Maleo justru tidak setia pada telurnya sendiri.

Maleo tidak mengerami telurnya sendiri melainkan dikubur dalam tanah atau pasir yang cukup hangat, biasanya, di titik yang memiliki suhu cukup hangat Maleo menggali lubang sedalam 30-50 cm, lalu meletakkan telurnya dan menutupnya kembali dengan tanah sekitar 10-15 cm diatas telur.

Memang tidak ditutup sepenuhnya agar ketika telur menetas si Maleo junior bisa keluar dari tanah. Nah, anak Maleo ini berusaha sendiri untuk bisa keluar dari timbunan tanah, dan langsung bisa terbang dan mencari makanannya tanpa bantuan sang induk.

Hal mengagumkan lainnya adalah telurnya yang cukup besar, kurang lebih sekitar 240-270 gram beratnya dan 11 cm panjangnya, sekitar 4 atau 5 kali besar telur ayam.

Akan tetapi, karena perubahan bumi dewasa ini, Maleo sudah tergolong sebagai hewan langka dan terancam punah. Hal ini juga disebabkan karena perburuan oleh manusia, untuk dikonsumsi daging dan telurnya, juga permbukaan lahan.

Ada sebuah kepercayaan dari budaya setempat, yaitu ketika seseorang telah mendirikan rumah, maka dibawah rumah yang baru saja dibangun tersebut wajib dikubur satu telur Maleo. Dengan harapan rumah tersebut dapat berumur panjang dan berdiri dengan kokoh.

Maka saat ini sangat sedikit Maleo yang bisa ditemui di habitat asli. Menurut penelitian, Maleo berasal dari benua Australia, tapi kenyataannya sekarang Maleo hanya ada di pulau Sulawesi.

Oleh karena itu bagi anda yang berwisata ke Sulawesi, dan ingin menjenguk unggas langka ini, anda hanya bisa menemuinya di Sulawesi Tengah, di penangkaran yang dibangun dengan tujuan mejaga kelestarian burung unik ini. Misalnya di  Kecamatan Gumbasa, Kabupaten Donggala, yaitu di Cagar Alam Saluki, atau di Taman Nasional Lore Lindu dan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone.

Untuk tujuan yang sama, disarankan jangan membawa pulang telur Burung Maleo ya
gocelebes

penasaran baca laptop si unyil

Minggu, 05 Januari 2014

Seorang Polisi Tewas Akibat Cari Burung

Naas benar nasib polisi ini. Dia tewas saat sedang mencari burung di sawah. Kakinya terpeleset dan tersetrum kawat beraliran listrik yang digunakan untuk menjebak dan membasmi tikus.

Korban adalah Wawan Adrianto. Perwira berpangkat AKP yang berdinas di Satuan Brimob Medaeng, Waru.

"Memang benar ada kejadian tersebut. Korban adalah seorang anggota Brimob Medaeng yang baru saja naik pangkat," kata Kapolsek Taman Kompol Eddy Siswanto saat dihubungi detikcom, Minggu (5/1/2014).

Dari informasi yang dihimpun, peristiwa pada Sabtu (4/1/2014) dini hari tersebut terjadi di persawahan Dusun Tanjunganom, Desa Tanjungsari, Taman. Saat itu korban bersama adiknya, Erry Kusmanendra, sedang mencari burung.

Saat itu korban hendak menembak burung yang diincarnya, tiba-tiba kakinya terpeleset dan jatuh ke sawah. Sialnya, kaki korban mengenai kawat yang teraliri listrik. Kawat itu adalah jebakan untuk membasmi tikus sawah.

Korban yang baru saja naik pangkat dari Iptu ke AKP itu tersengat aliran listrik dan langsung terkapar. Erry yang melihat itu segera berteriak minta tolong.

Warga yang mendengar teriakan itu segera mematikan aliran listrik dan membawa korban ke Rumah Sakit Anwar Medika. Dari RS Anwar Medika, korban dirujuk ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim. Sayangnya nyawa korban tak terselamatkan.

detiknews